Laman

Kamis, Maret 02, 2017

Orangtua Ideal Itu Cuma Hoax

Before I got married I had six theories about bringing up children; now I have six children, and no theories. - John Wilmot
......kalau hidup itu tidak semudah cocote Mario Teguh, maka jadi orangtua itu tak semulus cocote para parenting advisor.
Saya nggak pernah membayangkan diri saya punya anak. Sumpah. Makanya saya sama sekali buta masalah parenting, sampai pada akhirnya hamil. Nah! Dari situ saya baru banyak belajar dan membaca berbagai macam buku, artikel, website yang berhubungan dengan parenting. Segala macam informasi yang saya kumpulkan, baca dan pahami sepanjang masa kehamilan pada akhirnya membentuk gambaran bagaimana orangtua yang ideal (atau minimal baik) itu.

Jelang melahirkan, saya merasa sudah cukup paham kurang lebihnya dan dalam hati bilang : Oh gitu toh, jadi orangtua itu. Sip. Saya pikir, ya sudah, tinggal jalani saja.

Eh begitu Lilo lahir, jebulnya (alah jebulnya), saya harus mengatakan 'bye-bye', pada standar-standar orangtua baik yang sudah ada di dalam benak saya. Kenapa? Ya karena yang terjadi di lapangan ternyata nggak semulus apa yang disebutkan dalam buku-buku dan artikel parenting yang pernah saya baca.

Ini dia, hal-hal yang saya rasakan setelah 10 bulan jadi ibu. Eh, 10 bulan mah baru ya? Dan saya percaya, akan bertambah lagi daftarnya, seiring dengan bertambahnya umur Lilo.

Tentang Pumping ASI
Teorinya sih, pumping itu dilakukan setidaknya setiap 3 jam sekali, selama 20 menit, untuk merangsang produksi ASI (karena ASI prinsipnya supply-demand, semakin sering payudara 'kosong' akan mempercepat produksi ASI.

Kenyataannya
Saya bingung menentukan waktu memompa. Lilo menyusu langsung setiap 2-3 jam sekali, selama setengah jam. Berarti, saya memompa di antara waktu menyusui, selama dua puluh menit. Jadi saya cuma punya waktu yang sangat sempit untuk mengurus diri sendiri; dalam artian mandi, makan dan istirahat. Waduh! Saya nggak sanggup, kelelahan dan kurang tidur pasca melahirkan saja sudah cukup membuat saya stress, kalau ditambah wajib pumping dengan jadwal seketat itu, modyar saya. Terpujilah para ibu-ibu yang sanggup menjalani rutinitas seperti itu tanpa stress.  Kalian setrong bukibuk!

Tentang Clodi
Konsep cloth diapers yang sebenarnya mengadopsi konsep popok kain jadul itu sempat mencuri perhatian saya; apa lagi sekarang di pasaran motif-motif clodi lucu amaat. Teorinya, cloth diapers lebih murah kalau dihitung-hitung (karena cuci pakai), lebih higienis (karena sekali pipis/pup kudu ganti), lebih menyerap, tidak mengandung zat kimia berbahaya, lebih environmental friendly.

Kenyataannya
Awal-awal punya Lilo, saya memutuskan memakai pospak (popok sekali pakai) dulu, karena masih dalam proses adaptasi jadi ibu. Pikir saya, ntar kalau Lilo memasuki bulan ke dua, barulah, clodi dipakai.


Tapiii, saya shocked begitu mendapati fakta bahwa newborn  bisa pup belasan kali di awal-awal kehidupannya. Ya ampun, mau berapa kali nyuci popok kalau begitu?

Akhirnya saya menyimpulkan, cloth diapers itu memang bagus banget.... konsepnya. Dan sampai sekarang saya teteub dong, pakai pospak.


Tentang MPASI
Teorinya (menurut panduan pemberian MPASI WHO), bayi boleh makan apa saja dari menu makan keluarga, dengan memerhatikan frekuensi, jumlah, tekstur, jenis, responsive feeding dan kebersihan. 
 
Kenyataannya :
Saya nurut kok. Sampai saat ini saya masih membuat homemade MPASI, dengan berbagai macam bahan makanan segar. Entah sudah berbagai macam sayuran dan buah yang Lilo coba. Awalnya sih, saya berniat untuk tidak sama sekali memberikan makanan instan bagi Lilo. Bahkan saya sempat berpikir, bagus kalau ia tidak suka junk food dan makanan instan sama sekali, sehingga ia tidak pernah mengkonsumsi KFC atau snack ber-MSG yang enak tapi tidak sehat itu.

Ribet nggak bikin homemade MPASI? Well, terpujilah pencipta slow cooker, karena proses memasak makanan bagi Lilo jadi jauh lebih mudah, cuci, potong, cemplung. Nggak ribet, tapi ada masalah lain : Bosan. Saat Lilo berumur 9 bulan, saya bosaaaaan baaangeeeet masak. Kadang sambil memotong-motong saya berpikir 'Oh my God, kapan sih Lilo bisa makan baso malang atau makanan warteg?'

Pada akhirnya, yang tadinya nggak mau ngasih makanan instan, jadi terpikir, ya sekali-sekali, sikit-sikit bolehlah, terutama kalau saya sedang bosan kronis atau lelah.

Nah, satu hari, karena kelelahan, saya lalai, lupa 'nyetekin' slow cooker. Iya, bukan rice cooker doang yang bisa lupa di'cetek'in. Alhasil, pagi-pagi makanan Lilo belum siap. Buru-buru saya beli bubuk makanan instan, seduh air panas, hidangkan. Eh, ternyata Lilo nggak doyan, dong! Kalau di awal saya pengin Lilo tidak berselera untuk makan makanan instan, namun saat itu saya keki juga. Sambil membuat bubur ala-ala jadul yang kudu mengaduk-aduk di kompor, saya bilang 'Gaya amat, Miss Healthy 2017, nggak mau makanan instan...'

Tentang Tidak Mengomel
Teorinya, ketika anak tidak menurut, mengomelinya bukanlah solusi, karena percuma juga, anak nggak ngerti, kita buang energi. Katanya, lebih baik kita larang lalu alihkan perhatian.

Kenyataannya :
Saya dong, tidak mengomeli Lilo sampai.... ia mulai bisa tengkurap. Nah, dari situ, kayaknya frekuensi mengomel semakin meningkat, soalnya begitu dia bisa tengkurap (kemudian lebih advanced : merangkak, berdiri, merembet), maka hobinya kabur! Mau pakai baju setelah mandi, kabur. Ganti popok kabur. Meleng dikit kabur. Sering ngotot merangkak sampai bibir tempat tidur dan nyaris jatuh. Kalau jailnya lagi kumat, makanan disembur-sembur. Siapa coba yang nggak ngomel kalau begitu? Ya, yang jelas bukan saya.

Lalu apakah dia menurut, setelah saya omelin? Tentu saja para parenting advisor itu benar. Lilo nggak nurut. :))

Tentang Menghadapi Tantrum
Teorinya adalah : remain calm enough to handle the tantrum properly.

Kenyataannya :
Anak seumur Lilo belum masanya mengalami temper tantrum, sih. Tapi saya rada deg-degan karena dari zaman ((( masih gadis ))) saya selalu senewen dengar anak menangis atau merengek. Kalau anak orang kan bisa kasihin ke orangtuanya. Lah kalau anak sendiri? Sekarang nih, kalau dengar Lilo menangis, bawaannya nggak karu-karuan; kalau nangis rewel saya kesal, kalau nangis sakit, saya... ikut nangis. Remain calm? Remain calm apaan ya?

Tentang Tidur Bareng Ortu
Teorinya tidak seharusnya banak ayi tidur dalam satu tempat tidur dengan orangtua (atau istilahnya co sleeping) karena --- untuk bayi --- dapat mengakibatkan SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) gara-gara tercekik atau kepanasan. Kebiasaan co sleeping pun bisa menyebabkan anak jadi penakut. Selain itu, keberadaan anak di tempat tidur sebenarnya mengganggu area privat orangtua, bahkan mungkin menimbulkan kelelahan bagi orangtua.

Kenyataannya :
Lilo punya box sendiri... sih. Awalnya juga ia tidur dalam box. Cuma karena dia menyusui, setiap beberapa jam sekali, harus diangkat dan dibawa ke sebelah saya, setelah selesai, dikembalikan lagi ke tempat tidurnya. Nah itu bertahan beberapa bulan doang, setelahnya... kok ya malas ngantuk-ngantuk gendong anak sana sini. Hasilnya? Sampai sekarang Lilo nggak mau tidur di tempat tidur sendiri, selalu bangun. Dan... iya, memang benar! Setiap hari saya ngantuk bok! Lilo anaknya kalau tidur akrobatik, jungkir balik dan menendang-nendang sampai tidur saya tidak nyenyak.


Ya, bijitulah, daftar ketidak-idealan saya sebagai orangtua. Nggak apa-apalah, sampai sejauh ini Lilo baik-baik saja walau pola asuh saya tidak seideal artikel parenting. Lagi pula kalau hidup itu tidak semudah cocote Mario Teguh, maka jadi orangtua itu tak semulus cocote para parenting advisor.

Betul?

3 komentar:

destinugrainy mengatakan...

Aku juga ngalami hal yang sama, mbak. Terserahlah parenting advicer itu.. yg penting anak happy saya bahagia :)

Melissa Octoviani mengatakan...

Kak, aku pernah tulis tentang topik ini juga...

http://melissaoctoviani.blogspot.co.id/2015/09/idealis-vs-realistis.html

dan yang bagian tidur bareng ortu itu sama persis hahahaha... kalo masalah ngomel, baru 10 bulan belom seberapa, nanti kalo anaknya uda bisa ngomong "engga!" nah...ngomelnya makin kenceng hahahaha... untungnya anakku ga pernah tantrum yang ampe nangis guling2 di lantai, seringnya diomongin dikit uda nurut hehehehe...

mamamolilo mengatakan...

@desty : Iya, des. Bodo amat lah, pokoknya anak gak terbengkalai :D

@Mel : ahhh, yang soal TV itu ketinggalan! Aku tadinya ga mau anak nonton TV, tapi sekarang. hidup Little Lola, Mona and the Sketch dan kawan-kawan di Baby TV. Karena mereka mendistraksi perhatian anakku, jadi aku bisa ngapa-ngapain. :))