We are going to emancipate ourselves from mental slavery because whilst others might free the body, none but ourselves can free the mind - Marcus Garvey
...... emansipasi (dan gender equality) itu nggak ada hubungannya dengan pengin jadi sama dengan laki-laki, ya saya sih nggak mau bangun-bangun tiba-tiba punya jakun, berjenggot dan berpenis.
Oh fiuh, akhirnya Pilkada DKI kelar juga. Lega. Sejujurnya saya empet menggunakan media sosial, karena suasananya pasti nggak enak, isinya seragam, perseteruan antara pendukung paslon nganu dan nganu. Pusing. Dua-duanya sama ributnya. Semoga setelah ini timeline dan feeds sosial media kembali bervariasi seperti dulu. Saat Valentine's Day, update orang-orang ramai soal halal-haramnya merayakan hari cinta itu, saat natal, update tentang halal haramnya memakai topi Santa dan mengucapkan Selamat Natal, saat Hari Batik, orang pun ramai dengan kuliah-kuliah online tentang batik dan asal-usulnya, saat... apa lagi ya?Oh, saat hari Kartini! Besok kan hari Kartini, ya gaes? Harinya orang-orang ramai-ramai membahas tentang ibu yang sebenarnya bernama Harum ini.
Ibu kita Kartini, Harum namanya?
Ingat?
Oke, ini becandaan 80-an memang. Maafkan. Tipe bercandaan kadang membuka rahasia umur. :))
Di Hari Kartini ini, orang-orang di media sosial akan merayakannya dengan banyak hal : membandingkannya dengan pahlawan-pahlawan perempuan lainnya (yang katanya langsung berperang, bukan surat-suratan seperti Kartini), dengan posting foto kebaya diberi hashtag #ootd, karena mungkin janjian dengan teman-teman se-geng atau diharuskan memakai dress code demikian oleh kantor. Ada juga yang merayakannya dengan memberi kuliah online melalui akun-akun media sosialnya mengenai ketidaksetaraan gender yang masih terjadi. Macam-macam. Rame.
Yang menarik lagi, kemudian kata 'emansipasi' akan sering disebut.
'Jangan nyebut-nyebut emansipasi, kalau parkir saja masih di area ladies parking!'
'Emansipasi, tapi tas minta dibawain pacar!'