Laman

Kamis, Agustus 16, 2018

#Modyarhood : Bermain, Antara Ekspektasi dan Realitasnya

HAI! NUNGGUIN MODYARHOOD NGGAAK?

Oh, enggak ya?

Biarin. Saya (dan Puty) tetep pengin nulis buat Modyarhood plus bagi-bagi hadiah buat buibuk semuanya.

YHA, h a d i a h.

Gimana, buibuk, sudah berubah pikiran jadi nungguin modyarhood? :))

Anyway, mungkin saking lamanya nggak ada seri Modyarhood di blog saya mau pun Puty, buibuk udah pada lupa kali ya, apa-apaan Modyarhood ini. Diulang aja kali ya : Modyarhood adalah blogging project saya bareng Puty. Intinya kami berdua akan membuat blog-post dengan tema-tema seputar motherhood, dari sudut pandang kami berdua. Lalu, kami mau mengajak ibu-ibu blogger lainnya untuk posting tulisan dengan tema yang sama. Ya tujuannya sih untuk melihat banyak variasi sudut pandang soal menjadi ibu, agar wawasan kita terus bertambah. TSAH!

Anyway, topik-topik yang pernah kami angkat adalah : 

 5 Alasan Saya nggak Rajin Baca Parenting Books,  
Belajar Menjadi Ibu yang Waras dari GTM ,
Kencan Setelah Punya Anak,
Kerjaan Domestik : Sepele Tapi Bikin Senewen
Dari Sebel Jadi Kangen  
Beranteman Ala Anak-anak.

Tema besar kali ini adalah tentang :

Mainan dan permainan anak-anak.

Sudut pandang atau mau cerita apanya sih, ya terserah buibuk sekalian ya. Lalu, hadiahnya dan cara ngedapetinnya gimana? Bakal ada di akhir tulisan ini ya, silakan dibaca dulu posting saya.




Toys are important, formative components in children's lives. They entertain as well as teach, and they may do both with positive and negative consequences. - Marge Cambre & Mark Hawkes, Tools & Teachers: The Challenges of Technology






Sebelum punya anak itu adalah waktu yang paling tepat untuk bercita-cita ideal ingin menerapkan pola asuh sesuai dengan teori parenting yang ada,. Karena, begitu anaknya ada, bubyar. HAHA. Mamam noh, teori dan ekspektasi.

Saya memercayai bahwa mainan dan bermain itu membuat anak-anak menggunakan kreativitas, sambil mengembangkan imajinasi, ketangkasan dan kekuatan fisik, kognitif dan emosional. Dulu, pas lagi hamil, saya sudah punya bayangan sendiri tentang kondisi bermain dengan anak saya. Mainannya ya mainan edukatif, melibatkan sensori, ala-ala Montessori gitu deh. Anak saya main dengan riang gembira bersama saya, dalam ruangan ala Scandinavian.

Ternyata, itu hanya ada di situs-situs image banks, karena pada kenyataannya, nggak demikian.

Jauh, sisss. Kayak dari BIP, ke Kopo. #HanyaOrangBandungYangPaham

Jadi, jadi apa saja sih realitas yang meleset dari ekspektasi saya tentang mainan dan permainan ini?


1. Lupakanlah idealisme pribadi dalam bermain, lupakan, lupakan, lupakan.
Buat saya, balon itu  nyampah. Umur dimainkannya cuma sebentar . Kalau mainan lain kan bisa dimainin lama, kalau anak sudah bosan pun masih bisa dikasihin. Nah, balon? Pecah atau kempes ya nggak bisa diapa-apain lagi

OOT, nih, makanya saya sebel banget sama event semacam kawinan yang pakai lepas balon. Bagusnya cuma sebentar, sudahnya nyampah. Dan nyampahnya entah di mana kan? Tergantung di mana balon-balon tersebut jatuh.

Selain balon, saya pun nggak demen sama mainan pasar, dengan alasan sama, dimainin sekali, terus rusak. Udah gitu, nggak jelas lagi keamanannya, pewarnanya apa, bahannya apa, tajam atau nggak.

Jadi sebelum punya anak nih, saya bercita-cita untuk nggak ngasih anak saya balon.

Masih aman sampai Lilo punya teman anak tetangga dan mereka main balon serta main mainan pasar yang merah kuning ijo gonjreng itu. Awalnya dia dihadiahi mobil-mobilan seharga seribu, kemudian...jadi keterusan.


2. Biarkan saja kreativitas anak dalam bermain, even ketika cara bermainnya tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Saya sih melihat, anak-anak itu punya imajinasi sendiri akan benda-benda yang ada di sekitarnya, termasuk mainannya. Lego yang seharusnya bisa dibangun jadi sesuatu, malah dijadikan sayuran dan buah-buahan buat main pasar-pasaran. Boneka dijadikan bola ditendang-tendang. Keping-keping puzzle dimandikan. Makanan diobok-obok dan diremas-remas, lalu diawur-awur, playsand  ditabur di karpet, bowl berisi waterbeads plus airnya dituang ke lantai. MAAAK!

Dulu-dulu saya suka gemes, pengin bilang 'Bukan gitu lhooo caranya...', beberapa alasannya karena berantakan. Ehehe. Namanya buibuk tanpa ART ya? Sensi sama yang berantakan-berantakan.

Tapi kalau saya kerap mengoreksi, jadinya saya mengatur dia dan mematikan kreativitasnya dong?

So, sekarang, bebaskan sajalah, bahkan seringnya saya ikutan nyebur juga dalam imajinasinya!

Soal beres-beres? Serahkan pada partner. #eh

Nggak ding, don't rich difficult people lah, jangan kayak orang susah, panggil GoClean!

3. Monkeys see, monkeys do. Kalau punya cita-cita anak suka aktivitas dan mainan tertentu, kasih contoh.

Saya dan partner percaya bahwa mainan dan permainan itu sebenarnya gender-free, jadi saya tidak pernah membatasi 'mainan/permainan cewek' dan 'mainan/permainan cowok', harapan kami sih, jenis mainan dan permainan yang dikenal dan disukainya luas.

Kenyataannya, ya nggak segitu luasnya juga. Mainan dan permainan yang disukainya ya ternyata sebatas yang dilihatnya dari bapak dan ibunya. Masak-masakan (karena melihat saya), menggambar (karena melihat saya dan partner), musik (karena lihat partner), baca buku (karena lihat saya dan partner), main skateboard  (partner).

Main bola? Saya dan partner enggak demen.
Mobil-mobilan? Enggak
Robot-robotan ? Enggak.

Lalu, saya dan partner ingin anak kami suka bermain di luar ruang. Buat partner nggak masalah, karena dia suka aktivitas luar ruangan. Sementara saya? Sebenarnya saya anak rumahan sih, introvert pula. Bayangan ketemu dengan tetangga, para nanny dan ngobrol basa-basi sejujurnya bikin saya senewen. Cuma, demi anak suka di luar ruangan, okeh, saya keluar!

4. Kadang, anak lebih tertarik pada hal-hal di luar mainannya. Biarkan sajalah.
Mainan setrikaan yang mirip asli, wooden pull out puzzle, miniatur dinosaurus-dinosaurusan bisa kalah dengan botol plastik air mineral, bubble wrap dan kotak tissue saudara-saudara. Mainan-mainan beli di toko itu kayaknya maksimal dimainin sejam, nah benda-benda keseharian lebih bisa menghisap konsentrasi anak saya, sampai berjam-jam. Dipukul-pukul, dipites-pites, dijadiin orang-orangan, entahlah apa lagi.

Lha, piye, sudah dibeliin so called mainan edukatif, kok ya milih botol plastik mainan? :))

Ya katanya sih, anak seringnya lebih tertarik pada tekstur, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sensory. Yawiiiis. Tapi bagus jugalah, jadi modal bermain anak saya murah. :))

Oh selain hal-hal yang berhubungan dengan sensori, keikutsertaan saya dan partner dalam bermain juga penting untuk bikin anak saya main. Saya memerhatikan, kalau saya nggak excited bermain, dia bakal berhenti juga.

Jadi, buibuk punya cerita sendiri tentang bermain, mainan dan permainan anak-anak buibuk? Yuk tulis juga di blog. Dan seperti yang sudah saya sebutkan, ada hadiahnya lho! Ini diaa :

Freddie The Frog Shoes
Freddie the Frog ini dimulai dari akhir tahun 2009 oleh saya (Fanny) dan suami saya (Jimmy). mulai dari desain packaging, desain sepatu hingga distribusi dan produksi kami kelola sendiri. Untuk sekarang ini Freddie the Frog sudah mempunyai 4 mini-store di beberapa mal di Jakarta dan Surabaya. Selain itu kami juga sudah berhasil mendistribusikan sepatu kami ke Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Australia. Keunggulan produk kami selain model yang trendi, nyaman dipakai bayi juga bisa di-personalized nama baby atau tanggal lahir baby di telapaknya.

Jadi selain gaya bisa juga buat kenang-kenangan sampai besar nanti.

Selain sepatu prewalker, kami juga menjual berbagai aksesoris sepatu yang bisa di mix and match dengan sepatunya.

Berikut link about us di website kami : http://freddiethefrogshoes.com/about

Ini dia hadiahnya :






Zoetoys 
Bermula dari mengajak Si Kecil bermain dan belajar melalui sarana mainan edukatif, saya (Cynthia) memulai Zoetoys di October 2015, tujuannya untuk menginspirasi orang tua dalam mengedukasi anak usia dini, dengan memudahkan mencari dan mengetahui mainan yang cocok untuk usia anak-anak mereka.

Yang pastinya mainan-mainan edukasi yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Buat orang tua yang mencari kado (secara suka banyak anak saudara dan teman yang ulang tahun) pun jadi tdk kebingungan karena banyak pilihan yang kami sediakan. Selain mainan edukasi anak, kami juga menyediakan buku untuk menunjang edukasi anak.

Sekarang ini Zoetoys sudah ada 5 karyawan yang membantu mengembangkan usaha ini. Dan sudah memiliki pelanggan tetap tidak hanya di dalam negeri, namun juga luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia.

Tagline kami
 "Learn Better with Playing"

Ini dia hadiahnya :



Cokelat Colatta 
Cokelat Colata merupakan seri produk cokelat, dari Gandum Mas Kencana.

 
Gimana cara ikutannya?

  1. Tulis blog post dengan tema ini di blog masing-masing
  2. Posting foto yang ngasih tau link posting-an buibuk dan tag/mention kami di Instagram. Jangan lupa kasih hashtag modyarhood ya?
  3. Tinggalkan komen dengan tautan ke posting buibuk di blog saya dan Puty
  4. Deadline-nya 31 Agustus 2018 yes?

Yuk ah, yuk ah!