Laman

Jumat, April 12, 2019

Modyarhood : (Ketidak)Konsistensi(an) Mendidik Anak.

source : freepik

Don't worry that children never listen to you; worry that they are always watching you. Robert Fulghum


 

....Kita mah pengin anak kita begono, begene, tapi kalau dari kita nggak walk the talk, semacam percuma. Makanya, gue selalu bilang, kalau jadi ibu (orangtua) itu merupakan sekolah atau kursus kepribadian.
HAE BUIBUK! KEMANE AJEEEE?

Oh, bentar, gue ya yang kemane aje? Gila ya, ngakunya blogger, tapi update terakhir posting blog bulan Desember 2018. Untung masih ada #modyarhood, jadi masih ada alesan yang ngebikin gue posting. 

Bentar...

Masih inget kan, Modyarhood apaan?

Modyarhood adalah blogging project gue bareng Puty. Intinya kami berdua akan membuat blog-post dengan tema-tema seputar motherhood, dari sudut pandang kami berdua. Lalu, kami mau mengajak ibu-ibu blogger lainnya untuk posting tulisan dengan tema yang sama. Ya tujuannya sih untuk melihat banyak variasi sudut pandang soal menjadi ibu, agar kita bisa ngeliat perspektif buibuk lain, supaya bisa saling memahami. TSAH! Selain itu, supaya kita juga bisa ngeliat kalau kita nggak sendirian (pusing) jadi ibu.

Udah berapa kali Modyarhood diadakan? Delapan kali, ini dia tema-tema yang sudah diangkat :
5 Alasan Saya nggak Rajin Baca Parenting Books,  
Belajar Menjadi Ibu yang Waras dari GTM ,
Kencan Setelah Punya Anak,
Kerjaan Domestik : Sepele Tapi Bikin Senewen
Dari Sebel Jadi Kangen  
Beranteman Ala Anak-anak.
Bermain dan Permainan Anak-anak
Style sesudah dan sebelum punya anak

  
Anyway, setelah colek-colekan dengan Puty, dan sponsor, akhirnya, modyarhood balik lagi, temanya adalah ketidakonsistenan mendidik anak. Dan siapakah sponsor Modyarhood kali ini?


YAY!

Mungkin rada bingung ya, apaan sik, kok temanya ketidakkonsistenan mendidik anak? Ngedidik anak ya kudu konsisten, keleus.

NAH JUSTRU ITU!

Ngedidik anak itu nggak bisa cuma lewat omongan, tapi kudu dengan contoh juga. Idealnya begonoh. Dan ini sejujurnya gue alami sendiri, dibandingin nurutin apa yang gue bilang, anak gue itu lebih sering mencontoh perilaku gue.

Jadi sebagai orangtua, perilaku kita kudu sesuai dong, dengan apa yang mau kita ajarin ke anak?

OTENTU.

Kita mah pengin anak kita begono, begene, tapi kalau dari kita nggak walk the talk, semacam percuma. Makanya, gue selalu bilang, kalau jadi ibu (orangtua) itu merupakan sekolah atau kursus kepribadian (Yang kemudian memunculkan tagline blog ini : belajar jadi ibu!)

Yatapi gue itu manusia biasa, yak? Punya kelakuan/karakter buruk (yang gue gak pengin anak gue punya). Jadi pas gue pengin anak gue menguasai sesuatu atau mencapai sesuatu, itu sekaligus gue juga sedang belajar menjadi contoh buatnya. Nah di sinilah kadang-kadang muncul ketidakonsistenan gue. Gue kelepasan. :))

Apa aja sik, ketidakkonsistenan gue dalam ngedidik anak gue?

1. Makan sehat.
Gue pengin anak gue makan makanan dengan gizi seimbang. Itu sebabnya gue bela-belain masak di rumah biar bisa gue atur asupan gizinya. Gue gak banyak-banyak ngasihin anak gue makanan instan kayak mie instan, atau minuman bergula (kayak teh botol, minuman berkarbonat), kalau makan di luar, gue gak ngasih Lilo makanan kaki lima.... agak ngeri gak sih ngeliat tukangnya ngolah makanan? Menjumput mie dengan tangan yang mungkin bekas megang uang dan cebok, nyuci mangkuk di ember yang airnya udah dipake nyuci 20 mangkok.

Hiy. Gue ngeri anak gue tipes.

Minuman bergula, gue jarang sik, mie instan gak pernah.....TAPI GUE SUKA BANGET BAKSO ABANG-ABANG :)))

Ya, di depan Lilo gue makan sehat. Kalau di luar, gue mindik-mindik makan mie baso dan yang sejenis. Cuankie Serayu pinggir jalan Cihapit FTW!

2.(Tadinya) Meniadakan Pemakaian Gadget
Pengakuann : sebelum kawin, gue itu kecanduan gadget. Dan gue ngerasa itu buruk banget, gue sampe ga peduli sekitar. Untungnya gue setelah kawing, gue berhasil mengatasinya dengan bantuan partner. Nah, waktu zaman hamil ya, gue tuh baca website psikolog siapa gitu, yang bilang kalau anak under 2 tahun, lebih baik nggak diperkenalkan dengan gadget dulu. Sebagai mantan pecandu gadget, gue approved banget. Bahkan gue bikin aturan anak gue gak nyentuh hape dan TV. Gue pengin anak gue beraktivitas fisik untuk melatih motorik kasar dan halusnya, plus bersosialiasi.

Hanya bertahan sampai 10 bulan, begitu mulai tatah-tatah belajar jalan....

Jreeng! Kutakshanggup bila harus nemenin Lilo terus-terusan. Gempor bok, gempor! Emang ya, kalau belum punya anak, jagoan bikin teori ideal soal mendidik anak. :))

Akhirnya mulai deh dikit-dikit Lilo kenal Youtube, dia nonton, gue selonjoran sejenak. Sekarang sehari dia nonton Youtube 1 jam, tapi gak sekali nonton manteng, dibagi-bagi dan diacak waktunya.

Kalau TV sih, seminggu sekali doang Lilo nonton, pas weekend di rumah kakek-neneknya. Soalnya...kami gak punya TV. Tau gak sih, banyak yang kasian sama kami karena kami nggak punya TV. HAHA. Yamaab, kami berdua emang gak suka nonton TV.

3. Cinta Alam
Gue itu pengin Lilo jadi anak yang suka alam, gak takut serangga, suka binatang, menjaga lingkungan, jiwa petualangnya tinggi. Gue pengin ngasih stimulus untuk kecerdasan naturalisnya. Kalau kayak gini, gue wajib ngajak dia sering-sering jalan di alam kan ya?

Nah masalahnya.... gue sering mager. HAHA.

Untung masih ada bokapnya yak, yang sampe sekarang kek gak ada capek-capeknya jalan-jalan ke sawah.

Oh satu lagi, gue itu ngajarin Lilo untuk sayang tumbuhan dan binatang, jadi kalau liat tumbuhan gue larang petik.

"Kasian nanti kupu-kupunya gak bisa ambil madu..."

Atau kalau ada semut merayap, gue selalu berusaha untuk cuma mindahin tu semut ke luar rumah, gak dikeplak sampe mati.

Nah, kalau gue mau konsisten kan, gue gak boleh juga nyemprot obat buat bunuh nyamuk kan? Untungnya di lingkungan rumah gue minimal nyamuk, cuma pernah tuh, gue ke satu tempat, nyamuknya parah banyaknya dan lagi musim demam berdarah. End up-nya, anak gue dibawa jalan-jalan jauuuuh sama bapaknya, sementara gue melakukan genosida nyamuk.


4. Non violent communication.
Gue pernah kerja di satu NGO yang fokusnya di peacemaking, di sini gue di-training soal non violent communication dan harus men-training orang soal ini juga. Jadi seharusnya udah khatam banget ya, soal ini ?

Sebelumnya, apa itu non violent communication?

Intinya sih, berkomunikasi tanpa melukai orang lain. Hal-hal apa saja yang bisa bikin orang terluka dalam berkomunikasi? Judging, bullying, nyalahin, rasis, mendiskriminasi, ngomong tanpa mendengar, mengkritik orang lain, ngejulukin orang lain, bereaksi keras saat marah, defensif, menghasut, gosip, ngatain orang salah/keliru dan lain-lain.

Kenapa gue pengin Lilo belajar non violent communication? Karena dengan non violent communication  seseorang dapat memecahkan masalah tanpa kekerasan/menyakiti, solusi bisa dengan efektif dan efisien diambil, karena gak ada noise berupa nyinyir-nyinyiran, sindir-sindiran. Gue pun pengin Lilo jadi pribadi pendamai. AHAI

Ini lho ya, teorinya gampang, praktikinnya..beuh! Gimana mau jadi contoh kalau gini ya? Apalagi gue bukan termasuk orang yang baik dalam me-manage emosi dan keluaran pelampiasan emosi gue termasuk destruktif, kayak banting pintu, atau membentak... so, SUSAH BANGEEET!

Akhirnya, demi menjadi contoh yang baik buat anak gue, dua tahun ini gue praktik meditasi. Ini sangat membantu, meditasi bikin gue bisa tetap tenang dan tidak reaktif menghadapi segala sesuatu, termasuk saat ada konflik mini sama anak gue.

5. Bodily Autonomy & Consent
Dalam rangka melindungi anak gue dari tidak kekerasan dan menjadi pelaku kekerasan, entah itu perundungan atau pelecehan seksual, gue menanamkan konsep bodily autonomy dan consent sejak dini. Gue bilang, tubuh anak gue itu milik dia, kudu dijaga, nggak ada seorang pun berhak ngapa-ngapain badan dia tanpa izin. Pada saat yang bersamaan, gue juga ngajarin dia, kalau dia juga harus respect sama tubuh orang lain.

Jadi, soal sentuh menyentuh, kudu minta izin! Yes, dia kalau pegang-pegang, terutama sentuhan yang nggak menyenangkan, seperti nyubit atau pukul sering gue tanya "Kenapa nyubit? Kamu kenapa nggak nanya, ibu mau dicubit atau enggak?"

Dan gue pun melakukan yang sama. Mungkin aneh, gue kalau mau nyium nanya dulu 'Ibuk boleh cium?' ahaha....

NAH di sinilah ketidakkonsistenan itu muncul, kadang gue gemes yes? Jadi gue suka main uwel-uwel aja atau cium tanpa bilan g-bilang. Ahaha. Ya yang kejadian sih, gue dikeplak atau dimarahin. Dan itu risiko gue, gak boleh pundung guenya. Cuma akibat yang nggak enak dan jadi penjaga gue supaya tetap konsisten adalah.... setelah gue uwel-uwel tanpa izin, biasanya nggak lama kemudian, Lilo tendang atau cubit atau melakukan tindakan gak menyenangkan lainnya ke gue. Kalau gue kesel, dese bilang : "Ibu juga ga minta izin tadi?"

YHA!

 Gicu buibuk. Jadi buibuk, gimana ketidakkonsistenan ibu dalam ngedidik anak masing-masing?
  • Ibu-ibu silakan tulis cerita tentang ketidakkonsistenan ini di blog masing-masing
  • Kemudian tinggalkan komen di blog saya mau pun Puty menuju URL ke postingan tersebut
  • Post foto di IG, tag saya di IG (@mamamolilo dan @byputy)
  • Deadline-nya 25 April ya!
Ini dia profile sponsor kami dan hadiahnya.

KIM & KIN lahir di Jakarta, Desember 2019. Kim berarti anak perempuan dan Kin berarti anak laki-laki dalam bahasa Jepang. Seperti arti namanya, Kim and Kin adalahg brand khusus pakaian anak usia 1 - 5 tahun yang memiliki gaya casual, simple dan colorful, dengan menggunakan material yang nyaman untuk anak-anak.

Kontak
IG : @KimandKin_jkt
📱ORDER WA 0878.8989.0116
📧 kimandkinjakarta@gmail.com