Laman

Jumat, November 11, 2016

Apa Yang Tidak Pernah Orang Ceritakan Tentang Punya Anak


Having children is life-changing, to state the obvious. It's a gigantic shift in your life and I welcomed it. Thandie Newton
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/t/thandienew428942.html?src=t_having_children
“Being a mom has made me so tired. And so happy.” – Tina Fey
......Punya anak membuat semua hal menjadi tidak penting. Karir? Pergaulan? Apa pun itu, semua ke laut aje...
Okeh, posting terakhir saya ternyata tertanggal 1 Februari 2016! Eh buset. Lama beneur ya nggak update blog, masih bisa disebut blogger nggak sih kalau gini? :D

So, kemana aja si saya selama itu nggak pernah nongol?

Ada sih, tapi hamil. Ha! Lalu melahirkan, kemudian saya tenggelam dalam kesibukan jadi new mom. Boro-boro update blog  deh ah!

Terus terang, berbeda dengan keputusan untuk menikah yang saya pikirkan (ke)lama(an), memiliki anak sebenarnya belum secara serius saya (dan partner) pertimbangkan. Kami nggak ngebet pengin punya anak, tapi nggak juga nahan-nahan. Kami berprinsip dikasih syukur, enggak juga tetap bersyukur. Lalu, entah kenapa, dari awal saya merasa kayaknya bakal lama hamil, mengingat usia yang sudah jelang 40.

Eh kok yao, dua bulan menikah, tau-tau saya hamil. Pokoknya nggak sempat deh saya direcokin dengan pertanyaan 'Kapan punya anak?'. Untung saja saya nikahnya Juni 2015 dan melahirkannya Mei 2016, jadi anggota Dewan Penghitung Jarak Tanggal Nikah Dengan Tanggal Melahirkan salah gosip nggak sempat berpikir macam-macam. :P

Oke, gimana rasanya jadi mamak-mamak?

KENAPA NGGAK PERNAH ADA YANG BENAR-BENAR NGASIH TAHU KALAU PUNYA ANAK TUH KAYAK GINI SIH RASANYA? HAH?


Senin, Februari 01, 2016

'Naif'nya Umat Beragama



People are very inclined to set moral standards for others. ~Elizabeth Drew, The New Yorker, 1987 February 16th


......dalam otak para umat beragama itu hanya ada 'dosa' dan 'pahala'. 'Neraka' dan 'Sorga' Titik. ..
Maksud hati mah, nggak ikut-ikutan bereaksi dan hanya menjadi pengamat saat Menristek Dikti mengeluarkan pernyataan menghebohkan jagad media sosial mengenai LGBT.  Namun apa daya tiba-tiba beberapa hari yang lalu seorang kawan mengangkat topik ini saat kami bertemu; jadi mau nggak mau ya saya harus mengemukakan pendapat saya.

Terus terang, saya  kontra terhadap pernyataan beliau. Alasannya sih sederhana, cuma berdasarkan pemikiran cetek saya. Menristek Nasir adalah seorang pesohor yang memiliki pengaruh di kalangan rakyat jelata. Apa pun yang beliau katakan kemungkinan besar akan memberi dampak tersendiri bagi kehidupan sosial. Pernyataan beliau tentang pelarangan kaum LGBT masuk kampus, sudah pasti akan 'didengar' oleh masyarakat. Mending cuma didengar, lha kalau kemudian dijadikan izin (atau dianggap pembenaran) untuk melakukan tindakan diskriminatif pada kaum tersebut, kan gaswat? Lha wong, tanpa beliau ngomong apa-apa saja, kaum LGBT sudah mengalami berbagai macam bentuk kekerasan dan diskriminasi kok.

"Tapi kan homo itu dosa! Di agama juga dilarang!"Itu kata kawan saya, ditambah bumbu-bumbu kisah Sodom dan Gomorrah di Alkitab.

Waduh. Sejujurnya, ketika kasus ini mencuat, sudut pandang 'dosa vs nggak dosa' itu nggak pernah saya pakai. Saya hanya memikirkan dampak (buruk) yang mungkin terjadi akibat pernyataan Menristek.

Minggu, Januari 03, 2016

Hal Sia-sia Itu Bernama : Resolusi Tahun Baru.

New Year’s Day: Now is the accepted time to make your regular annual good resolutions. Next week you can begin paving hell with them as usual. – Mark Twain 

...bikin resolusi tahun baru itu adalah hal sia-sia. Resolusi tahun baru adalah daftar aktivitas yang sangat potensial untuk nggak dilakukan.
Eh, selamat tahun baru ya? Semoga di tahun yang baru ini kita semua masih bisa tetap menikmati hidup. Ihiy!

Anyway, kalau awal Desember tradisinya adalah hiruk-pikuk kontroversi boleh tidaknya ucapan Selamat Natal dan perkara topi Sinterklas, di akhir Desember, rame-ramenya ya pasti soal resolusi tahun baru (dan segala plesetan jawaban '96 dpi' atau '72 dpi-nya. Duh.)

Jadi resolusi tahun baru-mu berapa dpi?

Oke abaikan. :D

Anyway, ngemeng-ngemeng soal resolusi tahun baru, di tanggal dua puluhan Desember kemarin ujug-ujug mejegagig*, seseorang menodong saya (secara online) dalam tag-tag-an resolusi tahun baru. Intinya, saya diminta menuliskan daftar apa pun yang saya niatkan untuk saya lakukan di tahun 2016 di depan publik media sosial.

Ya jelas saya abaikan, selain karena nggak demen ditodong dalam tagging game, ya karena memang saya nggak punya. Kayaknya ada deh, sekitar sepuluhan tahun saya nggak ikut-ikutan keriaan bikin daftar begituan jelang pergantian tahun.

Buat saya, bikin resolusi tahun baru itu adalah hal sia-sia; resolusi tahun baru adalah daftar aktivitas yang sangat potensial untuk nggak dilakukan.