Laman

Senin, Januari 13, 2014

[Keseharian] Perkara (Ber)gosip

Novel solo ke-empat saya, Pre Wedding Rush baru terbit bersama Stiletto Book. Tungguin February, karena bakal banyak giveaway dan kuis Pre Wedding Rush Detil boleh lho dilihat di : http://sepatumerah.blogspot.com/2014/01/anak-ke-4-saya-pre-wedding-rush.html. Segera dapatkan di toko-toko buku kesayangan Anda. *alah*


Whoever gossips to you will gossip about you. 
- Spanish Proverb
Okesip. Jadi nenek moyang kita selain pelaut, juga penggosip.
"Eh, ini rahasia ya, jangan bilang siapa-siapa!"
"Eh, tau nggak siiih...."

Dua kalimat di atas jelas banget kalimat pengawal gosip. Ketika mendengar ada orang yang bilang begitu, otomatis ada rasa excited muncul.

Kalau boleh menilai diri sendiri, saya bukan penggosip kronis sih, yaa, suka sih ngomongin orang, tapi ya nggak segitunya. Manusiawi kan ya? *nyari dukungan* :D

Cuma karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk tidak bergosip, sama sekali. Saya bertekad, kalau mendengar orang bilang kalimat yang kayaknya semacam kalimat pengawal gosip, saya bakal langsung memotong 'Nggak! Gue nggak mau denger!'

Dan ternyata itu bukan perkara mudah. Ada kalanya saya penasaran sehingga saya pun me'lembek'an tekad saya, saya membuka telinga untuk gosip tersebut dengan pembenaran 'Nggak apa-apa lah, jadi pendengar aja, tanggepin aja dengan anggukan, tapi ntar nggak usah dikembangin apa lagi disebar.'

Duh. Agak malu sih mengakuinya, setelah mendengar hal buruk tentang orang lain, kok saya merasa senang ya? Hih. Nggak beres ini!

Ini bikin saya penasaran berat. Kenapa sih orang-orang suka bergosip? Dengan level dan keaktifan yang berbeda-beda tentunya ya, ada yang levelnya tingkat tinggi, sampai menganggap gosip adalah oksigen dan bangga menjadi penggosip, ada pula yang pasif, tapi tetap oke kalau mendengar gosip.

Kenapa juga ada perasaan 'senang' seusai bergosip?

Akhirnya saya bertanya kepada banyak orang, random.

Sebelumnya saya pernah berhipotesa, kita bergosip karena kita kurang sibuk. Makanya setiap ada yang mau ngomongin orang lain, saya selalu menuduh diri saya kurang sibuk; lalu saya pun mulai melakukan banyak hal. Ya supaya nggak ada waktu untuk dengar selentingan ini dan itu.

TAPI hipotesa ini langsung patah begitu saya bertanya pada seseorang yang sibuk banget --- walaupun penggosip pasif, tapi ia tetap excited mendengar gosip. Bahkan dia mengakui bahwa ngomongin atau mendengar selentingan buruk tentang orang lain itu feels good.

Saya pun googling.

Dan menemukan bahwa bergosip itu manusiawi dan telah dilakukan sejak zaman dulu, sejak dimulainya kebudayaan manusia.

Setiap mahluk hidup punya insting bertahan hidup untuk banyak aspek kehidupan dengan berbagai cara. Tumbuhan bisa dengan dengan menutup daun-daunnya, hewan dengan menyamar agar berwarna sama dengan lingkungan (seperti bunglon), nah manusia? Mungin salah satunya adalah mencari tahu tentang orang-orang yang ada di sekitarnya, ya supaya jelas, siapa kawan, siapa lawan, siapa pemimpin, siapa yang kastanya rendah dan lain-lainnya. Dengan mengetahui itu tentu saja manusia bisa menyesuaikan perilaku, seperti untuk si A, dia akan berhati-hati karena terdengar bahwa si A ini orangnya nganu, untuk si B, dia akan bersikappatuh karena si B pemimpin dan seterusnya.

Okesip. Jadi nenek moyang kita selain pelaut, juga penggosip.

Nah, yang bikin penasaran, kenapa ada rasa senang ketika kita bergosip?

Kamis, Januari 09, 2014

Tetangga? Apa Tuh?

Novel solo ke-empat saya, Pre Wedding Rush baru terbit bersama stiletto book. Tungguin February, karena bakal banyak giveaway dan kuis Pre Wedding Rush Detil boleh lho dilihat di : http://sepatumerah.blogspot.com/2014/01/anak-ke-4-saya-pre-wedding-rush.html, Segera dapatkan di toko-toko buku kesayangan Anda. *alah*
A good neighbor is a fellow who smiles at you over the back fence, but doesn't climb over it. - Arthur Baer

Sejujurnya ada tetangga yang menyadari bahwa saya sempat menghilang itu, ternyata menghangatkan hati.
Saya tinggal di sebuah kompleks perumahan di kawasan utara Bandung. Kompleks perumahaan saya itu tipikal perumahan di daerah urban yang nggak ikrib dengan tetangga. Saya cuma kenal tetangga kiri saya, almarhum suami si tante sebelah adalah seorang dokter, waktu SMU, kalau sakit, saya selalu memeriksakan diri padanya. Tetangga kanan saya pecinta anjing dan kucing, anjing dan kucingnya buanyak. Tidak jarang kucing-kucingnya bermain-main di halaman rumah saya. Lucu-lucu sih. Tapi nggak lucu kalau mereka mulai boker di halaman. Kebagian bebersih tokai kan males? :D

Sudah, segitu saja yang saya kenal.

Oh, satu lagi ding, ada tetangga yang jarak rumahnya sekitar 50 meteran dari rumah saya yang saya kenal. Bukan kenal, tapi tau, tepatnya.

Apalagi kalau bukan karena anak tetangga saya itu cakep. Dua orang pula. Yang satu gondrong cungkring, yang satu berambut cepak, juga cungkring. Sekarang sih saya nggak tau dua orang tersebut masih tinggal di sana atau nggak, siapa tau udah pada kewong, kan ya? Cuma saya ingat, sewaktu saya SMU dan awal-awal kuliah, nyaris setiap pagi mereka berdua bergantian mengajak jalan collie-nya yang berwarna coklat keemasan. Anjingnya lucu. Tuan-tuannya apa lagi. *eh*

Saking nggak akrabnya saya sampai nggak tau kalau tetangga di ujung jalan sudah meninggal.


Selasa, Januari 07, 2014

Antara Botol dan Rezeki.

Novel solo ke-empat saya, Pre Wedding Rush baru terbit bersama stiletto book. Tungguin February, karena bakal banyak giveaway dan kuis Pre Wedding Rush  Detil boleh lho dilihat di : http://sepatumerah.blogspot.com/2014/01/anak-ke-4-saya-pre-wedding-rush.html, Segera dapatkan di toko-toko buku kesayangan Anda. *alah* 

Charity never made poor, stealing never made rich, and wealth never made wise. — English Proverb 
Setiap malam sebelum tidur, saya selalu membawa sebuah botol minuman berukuran 1,5 liter ke kamar, ya jaga-jaga aja kalau terbangun malam hari dan haus. Nah semalam, saat sedang mengisi botol raksasa itu, mendadak ayah saya mengajak saya mengobrol. Sambil menekan tombol dispenser, saya menanggapi. Tanpa saya sadari, botol saya sudah penuh dan airnya meluap dan tumpah ke lantai. Deuh, ngepel malem-malem itu malesin deh. :-/

Anyway, kemudian tadi pagi, saat menunggu kamar mandi kosong *kesannya saya mandi di kamar mandi umum :))*, saya sempat membaca cerita kawan saya di e-mail, yang entah kenapa kemudian membahas kenapa orang suka mengambil hak/rezeki orang lain. Bukan topik yang bagus untuk memulai hari dengan mood yang bagus sih. 

Dan mungkin memang kamar mandi adalah sumber segala inspirasi, nggak tau gimana caranya, selama mandi, kok ya saya memikirkan tentang orang yang mengambil rezeki orang lain dengan botol air minum.

Lucu, karena saya berpikir, mungkin rezeki setiap orang itu sudah ada 'botol'nya sendiri. Jadi yang dia dapat ya akan sesuai dengan ukuran 'botol'nya sendiri; selama 'botol' tersebut belum penuh, maka rezeki akan terus mengalir ke dalamnya.

Supaya botol tersebut terus terisi gimana? Ya orang tersebut harus mengeluarkan isi botol yang telah ada sebelumnya. Caranya? Berbagi. Isi botol nggak akan pernah habis jika orang tersebut terus memberi; ya karena jadinya akan ada ruang kosong untuk tempat rezeki baru.

Seseorang juga nggak akan bisa memaksa rezeki masuk ke dalam botol sampai melewati kapasitasnya, pasti bakal 'tumpah'. Jadi, ketika ada orang berpikir bahwa ia bakal berkelimpahan kalau maksa terus-menerus memasukkan rezeki ke dalam botolnya (misalnya dengan ngambil rezeki orang lain), ya dia harus kecewa. 

Analogi ini mungkin benar, mungkin enggak sih. Nggak tau juga. Tapi ada beberapa kejadian kecil yang pernah terjadi dalam kehidupan saya yang pada akhirnya membuat saya percaya soal botol-botolan ini.


Senin, Januari 06, 2014

Anak Ke-4 Saya : Pre Wedding Rush

Pre Wedding Rush : Novel Solo ke-4 Saya, terbitan Stiletto Book
“Lo… nggak rela gue nikah dengan Dewo?” Aku memberanikan diri untuk menembaknya.
“Apa masih penting, Nin? Gue rasa enggak, udah nggak penting.” Jawab Lanang. Ia sama sekali tidak menatapku.
“Penting, Nyet. Penting buat gue.” Suaraku terdengar parau,”..lo nggak rela gue menikah?”
“Sudahlah, Nin. Lupakan. Gue ngaco aja.” Balas Lanang.
“Lanang. Please jawab. Lo nggak rela?” suaraku melirih.
“Nggak.” Ia menatap manik mataku,”Puas lo?”



Life goes on. Tapi terkadang ada kenangan-kenangan indah yang membuat seseorang enggan untuk melangkah mantap menuju masa depan. Itulah yang terjadi dengan Menina. Hubungannya dengan Lanang, sang mantan pacar, begitu membekas di hatinya, bahkan sampai ia dilamar oleh pria lain yang lebih mencintainya. 

Ketidakmampuannya untuk melupakan masa lalu membuat Menina secara impulsif memutuskan untuk melakukan perjalanan terakhir bersama Lanang ke DI Yogyakarta.

Siapa yang bisa meramalkan apa yang terjadi di masa depan? Saat Menina dan Lanang berada di DI Yogyakarta, terjadilah gempa bumi 5.9 SR yang memakan banyak korban.
Menina menyaksikan begitu banyak hal yang membuatnya banyak berpikir tentang hubungannya dengan Lanang dan juga dengan calon suaminya.
Apakah yang terjadi pada mereka berdua?


Telah terbit, novel solo ke-4 saya, diterbitkan oleh Stiletto Book. Akan segera tersedia di toko buku-toko buku besar pada tanggal 12 Januari 2014.

Mau mendapatkan edisi bertanda tangannya? Bisa diperoleh di toko buku online berikut :
Bukabuku.com
bukukita.com
kawanbuku.com
bukuwanita.net
stilettobook.com


Dan pssst, follow Twitter saya http://twitter.com/sepatumerah atau sering-sering kunjungi blog ini, karena saya bakal sering-sering mengadakan giveaway dan kuis dengan sponsor : Flashy Shop, Vicicero, Route 28 Tees, Cotton Ink dan Wondershoe. Oke? Oke sip.

Kamis, Januari 02, 2014

Seksis Nggak Seksi

Sexism is a social disease.  
Author Unknown

"Gila, jadi cowok kok mukul, pake rok aja sana!"
"Iya, nggak banget, pake lipstik aja lah, cowok kayak gitu! Nggak gentle."

Itu adalah celetukan perempuan-perempuan yang tidak sengaja tertangkap oleh telinga. Waktu itu saya sedang makan siang sendirian, meja di sebelah saya berisi perempuan-perempuan dua puluhan tahun. Awalnya saya nggak tau sih, mereka lagi membahas apa; saya terlalu asyik makan dan Twitteram (Iya kebiasaan buruk, jangan ditiru.:P ), cuma gara-gara satu kalimat yang disebutkan agak keras, saya jadi meletakkan handphone saya dan... nguping. :D

Dari dulu saya nggak suka banget dengan kalimat begitu, dan kalimat-kalimat sejenis. Ya, 'pake rok' dan 'pake lipstik' itu tentu saja merujuk ke sosok perempuan. Kesan yang saya dapat dari kalimat mereka adalah, kalau jadi perempuan pasti dan boleh suka memukul (serta melakukan kekerasan lain terhadap sesama).

Ih. Saya perempuan. Memukul kecoak saja nggak pernah soalnya saya takut kecoak #eh

Saya jadi teringat hal seperti ini pernah dibahas oleh @purplerebel di Twitter, dulu banget. Bahwasanya bahasa yang digunakan itu seksis; alias mengandung diskriminasi dan prasangka buruk terhadap jender tertentu. Biasanya sih sikap-sikap seksis ini berakar dari stereotip peran jender yang ada di masyarakat sih; salah satu sikap seksis ini adalah menganggap ada satu jender yang lebih superior dari jender yang lain, contoh-contoh klasiknya seperti laki-laki pemimpin, perempuan di rumah saja, laki-laki tulang punggung keluarga, perempuan yang menghabiskan uang hasil kerja keras laki-laki, dan lain sebagainya.

Sayangnya banyak yang 'mewajarkan' sikap-sikap seksis ini, Bahkan untuk sikap seksis yang menyudutkan perempuan pun, alih-alih ditolak oleh perempuan, eh malah diamini. Ya itu salah satu buktinya, yang ngomong 'laki kok mukul, pake rok/lipstik aja' adalah perempuan, lho.

Di satu hari yang iseng di bulan Desember tahun lalu, saya sempat melemparkan satu pertanyaan di Twitter, saya bilang kurang lebih : kamu nyadar nggak apa yang salah dari 'Laki kok mukul, pake rok/lipstik aja deh!', semacam iseng-iseng pengin tahu apakah ada yang aware sama bahasa seksis ini. Untungnya ada beberapa orang yang berpikiran sama, mereka ramai-ramai bilang kalimat tersebut 'salah' karena menyudutkan perempuan. TAPI masih ada juga yang merasa nggak ada yang salah dengannya. Atutedih. :((


Rabu, Januari 01, 2014

Pemenang : [Tags!] Terima Kasih, Kamu!

Okaaay, Desember kemarin saya sempat bikin posting tag, temanya ucapan terima kasih buat orang-orang yang terdekat dengan kita, boleh siapa saja, pasangan, nyokap, bokap, sahabat, guru dan lain-lain. Lalu, berhubung saya natalan ke luar kota, jadi saya juga menjanjikan oleh-oleh buat 3 posting yang saya suka.

Nah, masalahnya....

Web saya dengan ngehek-nya nggak bisa dibuka, sudah dua minggu. Sudah mengontak technical supportnya Hostmop, provider hosting saya sih, sudah berkorespondensi, tapi e-mail terakhir saya belum berbalas, mungkin Mas-masnya lagi liburan akhir tahun. Jangan lama-lama ya Mas? Iya. :P

 Jadi yang sudah sempat ikutan sebelum web saya meninggal saya muat di sini yes?

Daaan, posting yang saya suka banget dan berhak nerima 3 oleh-oleh dari saya adalah :


Rere

Nuruul

Rhey


Silahkan kirim e-mail ke okke.sepatumerah@gmail.com berisi nama lengkap, alamat lengkap dan nomor telepon ya :)

INTRODUCTION. First Post. Apalah Itu.

Kayaknya memang saya sering nggak berjodoh dengan soal hosting-hosting-an. Jadi blog lama saya bermasalah, dan technical support-nya lama bingits (mengikuti bahasa kekinian) menanganinya, sementara keinginan menggebu-gebu saya untuk ngeblog kadang nggak bisa ditahan. Ya sudah, saya bikin ini dulu aja lah.

Tahun lalu bermasalah, tahun ini juga. Kejadiannya awal tahun. Jadi kayak hadiah tahun baru aje :D
Nggak tau bakal dibuat sementara, atau mau saya teruskan dan ntarnya saya tempelkan domain saja.

*ngambek*