Laman

Senin, Februari 01, 2016

'Naif'nya Umat Beragama



People are very inclined to set moral standards for others. ~Elizabeth Drew, The New Yorker, 1987 February 16th


......dalam otak para umat beragama itu hanya ada 'dosa' dan 'pahala'. 'Neraka' dan 'Sorga' Titik. ..
Maksud hati mah, nggak ikut-ikutan bereaksi dan hanya menjadi pengamat saat Menristek Dikti mengeluarkan pernyataan menghebohkan jagad media sosial mengenai LGBT.  Namun apa daya tiba-tiba beberapa hari yang lalu seorang kawan mengangkat topik ini saat kami bertemu; jadi mau nggak mau ya saya harus mengemukakan pendapat saya.

Terus terang, saya  kontra terhadap pernyataan beliau. Alasannya sih sederhana, cuma berdasarkan pemikiran cetek saya. Menristek Nasir adalah seorang pesohor yang memiliki pengaruh di kalangan rakyat jelata. Apa pun yang beliau katakan kemungkinan besar akan memberi dampak tersendiri bagi kehidupan sosial. Pernyataan beliau tentang pelarangan kaum LGBT masuk kampus, sudah pasti akan 'didengar' oleh masyarakat. Mending cuma didengar, lha kalau kemudian dijadikan izin (atau dianggap pembenaran) untuk melakukan tindakan diskriminatif pada kaum tersebut, kan gaswat? Lha wong, tanpa beliau ngomong apa-apa saja, kaum LGBT sudah mengalami berbagai macam bentuk kekerasan dan diskriminasi kok.

"Tapi kan homo itu dosa! Di agama juga dilarang!"Itu kata kawan saya, ditambah bumbu-bumbu kisah Sodom dan Gomorrah di Alkitab.

Waduh. Sejujurnya, ketika kasus ini mencuat, sudut pandang 'dosa vs nggak dosa' itu nggak pernah saya pakai. Saya hanya memikirkan dampak (buruk) yang mungkin terjadi akibat pernyataan Menristek.