Laman

Kamis, Agustus 27, 2015

[Drawing] Mural Project : Kedai Cocoon

So, ini project mural yang saya, partner dan Jody (kawan partner) kerjakan minggu lalu untuk Kedai Cocoon milik Vina dan Intan. Brief yang saya dapatkan awalnya adalah Pop Art; yang terpikir oleh saya adalah ala-ala Warhol.

Tapi setelah ketemuan dan ngobrol panjang, kami jadi tahu bahwa kedai Cocoon ini berlokasi tepat di depan sekolah St. Aloysius Batununggal; yang terpikir oleh kami adalah, yang datang pasti para bocah dan mahmud (mamah muda), serta ABG. Kemudian Vina dan Intan pun menceritakan bahwa mereka tidak mau tema muralnya terlalu serius, sampaaai ujungnya, muncul sebuah keyword : UNYU.  

Got it!

Akhirnya keyword inilah yang jadi acuan kami saat membuat sketsa.

Selama proses sketsa, kami bertiga bersama-sama mencoba memvisualisasikan 'unyu'. Butuh sekitar tiga harian bagi kami untuk menghasilkan sketsa yang sesuai dengan keyword tersebut. Setelah revisi sana sini, akhirnya ibu klien memilih yang ini.

Sketsa
Pengerjaannya sendiri dimulai pada hari Sabtu, 22 Agustus 2015, jam 17.00. Pada saat pengerjaan terjadi penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan kondisi bidang gambar, yakni tembok berukuran 3 x 6 meter.

Sketsa

Partner dan selendang lime green.
Jody, partner dan shawl lime green

Jumat, Agustus 21, 2015

[Thoughts] Jangan Murahan!

You are either free or expensive, but never cheap - Mark Bustos

...Boleh sih, semurah itu, tapi kerjaan gue cuma ngasih aba-aba aja ya? Yang bikin ya elu sendiri.
Beberapa hobi memang bisa mendatangkan penghasilan, dan saya beruntung memiliki beberapa hobi (dan skill) yang terbukti berhasil menambah-nambah uang jajan dari dulu, entah itu dari menulis, membuat aksesoris atau face painting. Belakangan ini, juga menggambar. Tapi terus terang, sampai sekarang saya belum menjadikan hobi-hobi tersebut menjadi sumber penghasilan utama, jadi saya merasa belum layak menyebut diri saya 'penulis', atau 'jewelry maker' atau 'ilustrator'. Kalau pun dipaksa menyebut hobi-hobi itu sebagai profesi, saya selalu menambahkan kata 'amatiran' di belakangnya. Ilustrator amatiran, kalau belakangan ini sih.

Karena amatiran ini, tadinya ketika saya mendapat project untuk mengerjakan sesuatu, maka saya akan mengajukan harga secara amatiran, nggak ada hitung-hitungan secara profesional. Pokoknya segimana mulut mengeluarkan harga, ya segitu harganya. Lalu, kalau ditawar-tawar, kadang saya bilang 'ya sudahlah, buat portfolio, kan lumayan'.

Sampai pada akhirnya saya diomeli dan di-bego-bego-in oleh salah satu rekan yang memutuskan untuk profesional di bidang-bidang saya jadikan hobi. Diomeli karena menurutnya saya menetapkan harga terlalu rendah, hal ini membuat harga pasaran jadi rusak, bikin sengsara orang-orang yang menjadikan lahan tersebut sebagai lahan menggali sesuap berlian (elah!). Yang kedua, dia bilang, saya tidak menghargai tenaga, waktu dan keterampilan saya miliki.

'Elo nih kayak orang yang bisa corel atau photoshop, terus ngaku desainer, tapi ngitung biaya produksi nggak bisa...'