Laman

Kamis, Januari 09, 2014

Tetangga? Apa Tuh?

Novel solo ke-empat saya, Pre Wedding Rush baru terbit bersama stiletto book. Tungguin February, karena bakal banyak giveaway dan kuis Pre Wedding Rush Detil boleh lho dilihat di : http://sepatumerah.blogspot.com/2014/01/anak-ke-4-saya-pre-wedding-rush.html, Segera dapatkan di toko-toko buku kesayangan Anda. *alah*
A good neighbor is a fellow who smiles at you over the back fence, but doesn't climb over it. - Arthur Baer

Sejujurnya ada tetangga yang menyadari bahwa saya sempat menghilang itu, ternyata menghangatkan hati.
Saya tinggal di sebuah kompleks perumahan di kawasan utara Bandung. Kompleks perumahaan saya itu tipikal perumahan di daerah urban yang nggak ikrib dengan tetangga. Saya cuma kenal tetangga kiri saya, almarhum suami si tante sebelah adalah seorang dokter, waktu SMU, kalau sakit, saya selalu memeriksakan diri padanya. Tetangga kanan saya pecinta anjing dan kucing, anjing dan kucingnya buanyak. Tidak jarang kucing-kucingnya bermain-main di halaman rumah saya. Lucu-lucu sih. Tapi nggak lucu kalau mereka mulai boker di halaman. Kebagian bebersih tokai kan males? :D

Sudah, segitu saja yang saya kenal.

Oh, satu lagi ding, ada tetangga yang jarak rumahnya sekitar 50 meteran dari rumah saya yang saya kenal. Bukan kenal, tapi tau, tepatnya.

Apalagi kalau bukan karena anak tetangga saya itu cakep. Dua orang pula. Yang satu gondrong cungkring, yang satu berambut cepak, juga cungkring. Sekarang sih saya nggak tau dua orang tersebut masih tinggal di sana atau nggak, siapa tau udah pada kewong, kan ya? Cuma saya ingat, sewaktu saya SMU dan awal-awal kuliah, nyaris setiap pagi mereka berdua bergantian mengajak jalan collie-nya yang berwarna coklat keemasan. Anjingnya lucu. Tuan-tuannya apa lagi. *eh*

Saking nggak akrabnya saya sampai nggak tau kalau tetangga di ujung jalan sudah meninggal.




Begitulah, kompleks perumahan saya bukan kompleks perumahan yang hangat. Nggak ada tuh yang namanya saling bertandang ke rumah tetangga. Arisan kompleks kayaknya dulu pernah ada, tapi nggak jalan. Kasus gosip/menggosip tetangga pun nggak ada. Atau setidaknya yang saya tau, keluarga saya nggak pernah ngomongin tetangga. Selain emang keluarga kami bukan keluarga penggosip (HA!), ya mau gosipin apa, kenal juga nggak? :))

Saya yang terbiasa dengan lingkungan tetangga saling cuek seperti ini kemudian menganggap bahwa hal ini wajar-wajar saja. Memang sudah seharusnya demikian.

Satu hari di tahun 2007 saya harus berpindah ke daerah timur Indonesia, nih. Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste tepatnya, tapi lebih lama di Timor Leste. Menetap di Dili, tapi ya keliling Timor Leste juga sih karena tugas.

Kondisi kompleks rumah tinggal di Dili jelas jauh berbeda dari kondisi di lingkungan asli saya. Ya yang namanya orang Timor pan ramah-ramah ya; yang namanya menyapa antar tetangga itu wajib hukumnya, bertandang ke rumah tetangga pun hal biasa.

Bisa ditebak, kemudian saya dicap sebagai si Nona Jawa nan sombong, yang pertama saya suka lupa menyapa. Ini bisa ditangani dengan dibiasakan. Dalam waktu seminggu ya sudah sapa menyapa lah ya. Cuma yang beban bagi saya adalah, seringnya, setelah menyapa, dilanjut dengan mengobrol. Bok, bagi orang yang super introvert macam saya, mengobrol dengan orang yang nggak dekat itu... bikin mules. Canggung bok asli, ditambah lagi dengan ketidakmampuan saya untuk berbasa-basi.

Hai, cuacanya indah ya?
Iya, indah.
*kemudian nggak tau mau ngomong apa*

:))

Sesungguhnya saya iri pada orang-orang yang ekstrovert.

Anyway, hal ini bisa ditangani juga kok, dalam waktu sebulan saya sudah ikrib dengan tetangga-tetangga rumah sewaan organisasi tempat saya bekerja. Sedikit bermasalah saja ketika saya harus bertugas ke kota lain, karena kejadian canggung-ketemu-orang-baru kembali terjadi. Tapi ya udahlah ya, namanya juga pekerjaan, jadi saya memaksakan diri.

Oh iya, kalau menyapa tetangga, orang-orang di Dili (dan Timor Leste) sering bilang 'Ba nebe?' yang artinya 'Mau ke mana?'. Itu awal-awal saya ngerasa, iiiih kok kaypoh banget siiihhh? Padahal sebenarnya tinggal dijawab 'Ba mercadu.' (pergi ke pasar) atau Ba tasi ibun (pergi ke pantai), atau bahkan dengan menjawab 'Ba neba!' alias pergi ke sana sambil menunjuk ke satu arah, orangnya juga nggak nanya apa-apa lagi. :D

Keakraban antar tetangga ini sempat jadi masalah sih, ada apa dikit nyebar gosip. Saya sempat masuk angin dan muntah-muntah, kemudian tersebar gosip bahwa saya hamil.  

Kriik..kriik...

Tapi ada enaknya juga sih akrab dengan tetangga. Jadi ceritanya pada satu hari ada kasus penembakan Ramos Horta, sehingga kondisi Dili mencekam. Saya lupa kalau nggak salah sempat masuk status waspada. Ini menyebabkan keluar masuk orang dan barang, lewat media apa pun jadi susye, termasuk soal transfer uang operasional. Nah, buat organisasi yang bergantung pada dana operasional transferan, ini berabe banget. Selama dua mingguan kami nggak punya duit, makan diirit. Dalam kondisi demikian, tetangga-tetangga bergotong royong mengirimi kami makanan, sehingga kami bisa terus hidup. :))

....

Sudah dua tahun belakangan ini saya rutin jogging, setidaknya seminggu tiga - empat kali. Selama dua tahun itu pula saya selalu menyapa orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan jogging saya. Ada yang cuek, ada yang membalas. Ada orang-orang yang rutin saya temui selama dua tahun ini, yaitu tante-tante yang kalau lari kenceng banget, satu orang asisten rumah tangga yang rajin menyapu sampai ke jalan, satu orang pria setengah baya yang membawa jalan-jalan Golden Retriever-nya yang lucu dan ibu warung tempat saya sering membeli air mineral seusai jogging.

Saya nggak mikir macam-macam sih, dan selalu menyapa mereka. Ya sekedar menyapa. Saya pikir, tokh kalau saya lewat, mereka lupa juga.

Nah di bulan Desember kemarin, saya bolos jogging nyaris selama sebulan. Karena ribet, karena sakit, karena keluar kota dan karena hujan melulu. Pokoknya jagad raya seolah berkonspirasi menghalangi saya untuk jogging. *tsah*

Baru sekitar tanggal 3 Januari saya mulai jogging lagi.

Saya kaget ketika tante-tante pe-jogging jagoan itu sempat berhenti dan bertanya 'Eh kemana aja?'.

Baru kemarin, setelah dua tahun saya tahu namanya.

Lalu, bapak-bapak yang membawa Golden Retriever-nya pun --- gara-gara Golden Retrievernya mendadak menghampiri saya, sehingga saya tepuk-tepuk badannya --- menyapa, ia menanyakan saya yang nggak pernah terlihat.

Asisten rumah tangga penyapu jalan juga mendadak bilang 'Eh Non, udah lama ngga keliatan, sakit?'

Dan si ibu warung juga melakukan hal yang sama.

Mendadak saya berpikir, jangan-jangan sebenarnya tetangga-tetangga saya bukannya nggak ramah dan nggak peduli; tapi mungkin, MUNGKIN, mereka juga nggak tau gimana caranya mulai beramahtamah duluan? Lagipula, sedingin-dinginnya orang, kalau disapa atau disenyumin, masak nggak bales sih?

Eh pernah ding, beberapa kali saya senyum dan menyapa dicuekin. :))

Sejujurnya ada tetangga yang menyadari bahwa saya sempat menghilang itu, ternyata menghangatkan hati. Ya tapi males aja sih kalau terlalu akrab dan mengalami drama-drama atau gosip-gosip antartetangga. :)) #eeaa.

Dipati Ukur.
Sambil menunggu hujan badai usai.
16.45 WIB 

3 komentar:

Beby mengatakan...

Aku tinggal di daerah yang masih dibilang pedesaan. Para tetangga di sini uda menempati rumah dan bertetangga sejak zaman Mama ku lahir sampai sekarang. Dan ya itu, ramah banget plus ada kewajiban buat 'nyapa'.

Selalu ada acara punggahan (masak-masak buat pengajian bapak-bapak menjelang bulan Ramadhan), perwiritan, dll.. Dekat lah, kalo bisa dibilang.

Karena aku lebih suka di dalam rumah, otomatis jarang bicara dengan mereka. Pernah loh Mbak, waktu SMP pas aku lagi ke warung, diinterogasi gitu sama anaknya tetangga, kenapa aku sombong banget, ngga mau ke luar rumah, dll.

Sekarang sih bersikap biasa aja, kalo ketemu tetangga ya senyum, ya nyapa. Toh aku pikir, kalo ada apa-apa, orang terdekat yang bisa kita mintai tolong itu ya tetangga. Heheh..

Unknown mengatakan...

saya juga tinggal di komplek yang g bgtu akrab sekarang, meskipun di pedesaan tapi komplek ini bru terbentuk sekitar 4 thn jadi rata2 yang tinggal pasangan2 bru menikah. kewajiban menyapa antar tetangga tetap ada sich tp alhamdulillah bebas dr gosip2 g jelas. wong nyapanya jg cuma senyum2 doank, yang saya tau cuma 4 rumah kiri kanan kalau udah beda blok yah paling cm kenal muka doank..:D

mamamolilo mengatakan...

@beby :
memang ada enak dan nggak enaknyanya sih tetanggaan akrab sama nggak akrab. Kalau akrab, pasti akan ada tolong-menolong, tapi ya ga enaknya,apa yang kita lakuin selalu jadi sorotan.

Sebaliknya, kalo sama tetanggaan cuek2an bisa jadi ada kasus kita susah, tetangga ga bantuin, enaknya, yang ga dikepoin :D

Rhey bond
Hihi, kondisinya mirip dengan kondisi lingkungan rumah saya! *tos*