Laman

Kamis, Maret 09, 2017

Menyusui Di Tempat Umum? Kenapa Nggak Boleh?


There are three reasons for breast-feeding: the milk is always at the right temperature; it comes in attractive containers; and the cat can't get it. ~Irena Chalmers

......Anak nangis dipelototin, disuruh supaya ibunya menenangkan. Eh ditenangkan dengan disusui, salah juga. Njuk ibu-ibu kudu piye, Jal?.
Di satu hari yang iseng, saya menelusuri Instagram feed saya dan menemukan foto seorang selebritas yang sedang menyusui di tempat umum dengan menggunakan apron. Dari foto tersebut, ada dua hal yang menarik perhatian saya. Yang pertama, nursing apron-nya lucu, tapi mari kita kesampingkan, karena hal ini bukan masalah, banyak online shop yang menjual barang-barang keperluan bayi yang lucu. Nah, masalah kedua adalah.... pengguna Instagram lain yang mengomentari foto tersebut.

Inti dari 'keramaian' di kolom komentarnya adalah masalah pro dan kontra menyusui di tempat umum. Kontennya ada menasehati dan mencerca, ada pula yang support. Rempyong ya bow.

Dari sana, akhirnya saya iseng membuat polling di Twitter dan Facebook. Lega ketika mendapati sebagian besar menganggap menyusui di tempat umum itu biasa saja. Namun saya juga menghargai mereka yang tidak sependapat.

Yang malesin adalah mereka (cowok-cowok) yang kemudian berkomentar menjurus ke arah seksual. Ngeselin. Nanya apa, jawaban apa. Emang susah ngobrol sama sobekan majalah porno sih.




Anyway, saya sendiri orang yang pro menyusui di tempat umum. Alasan-alasannya antara lain

(1) Menyusui itu sama dengan makan dan minum bagi bayi.
Jadi, apa yang tidak normal dari kegiatan makan dan minum? Tidak ada kan? Tidak ada seorang pun yang memberi pandangan tidak enak ketika seorang dewasa sedang makan dan minum di tempat umum.

Lepas dari manakah sumber makanan tersebut, seperti apa wadahnya, tetaplah itu makan dan minum. Ketika ada seorang ibu menyusui dengan atau tanpa apron, alih-alih berpikir bahwa sang ibu sedang mengeluarkan payudara, anggaplah sang ibu sedang memberi makan. Lagi pula, percayalah, ketika seorang ibu menyusui, yang ada dalam pikirannya hanyalah meredakan rasa lapar dan tangis sang anak. Ribet juga ya, masyarakat. Anak nangis dipelototin, disuruh supaya ibunya menenangkan. Eh ditenangkan dengan disusui, salah juga. Njuk ibu-ibu kudu piye, Jal?

(2) There is nothing sexual with breastfeeding
Okelah, sumber makanan bayi itu toket. Dan masyarakat masih masih mengasosiasikan toket dengan hal yang berbau seksual. Hal ini sudah dimulai sejak abad ke-19 di Amerika Serikat, dengan bermunculannya sosok-sosok pin up girls dan majalah soft porn seperti Playboy pasca Perang Dunia II. Hal ini menggeser anggapan masyarakat akan fungsi payudara, yang tadinya sebagai sumber nutrisi bagi bayi, menjadi obyek seks bagi pria. Selain fenomena ini, industri makanan bayi kemudian membuat aktivitas menyusui semakin tersingkir dan dianggap sebagai hal yang primitif dan tidak cocok dilakukan bagi masyarakat modern.

Ih, tapi kan ASI punya banyak manfaat positif bagi bayi dan ibu? Jadi kenapa pikirannya nggak dikembalikan lagi menjadi 'primitif' aja sih, toket adalah sumber nutrisi, bukan yang lainnya. Ya daripada jadi (katanya manusia) modern tapi ujung-ujungnya ngeres. :P

(3) Tidak semua tempat memiliki nursing room
Mungkin akan ada yang berkata, 'Kan bisa menyusui di tempat tertutup?' Well, walau pun ada aturan tentang pengadaan fasilitas pendukung ibu menyusui di pasal 128 Undang-undang No.39/2009 ayat 2 dan 3. Ini kutipan peraturannya secara lengkap :
  1. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
  2. Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
  3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum
Namun, faktanya, tidak semua tempat umum memiliki nursing room atau ruang tertutup lain yang memadai untuk menyusui. Ya soalnya, undang-undang tersebut baru bersifat himbauan sehingga tidak ada sanksi bagi yang tidak melakukannya.

Jadi, ketika sang ibu sedang berada di tempat umum, tiba-tiba bayinya ingin menyusui, harus ke tempat tertutup mana? Tidak mungkin, kan di toilet? Karena toilet adalah tempat yang penuh bakteri, kasihan dong, jika bayi harus menyusui di sana. Bahkan kita saja jika disuruh makan di toilet, pasti nggak mau kan?

(4) Menyuruh ibu menyusui di rumah sama dengan memarjinalisasi seorang ibu
Mungkin ada juga yang bilang, '..kalau begitu, menyusui saja di rumah!'

Ahelah, apakah itu artinya ketika sang ibu dan bayinya ada di tempat umum, kemudian setiap sang bayi merengek karena lapar, maka mereka harus pulang ke rumah? Tentu saja tidak mungkin, karena sangat tidak praktis dan juga boros. Atau, apakah artinya seorang ibu, ketika masih menyusui bayinya, ia tidak boleh beraktivitas di luar rumah?

Kok, jadi seolah-olah perempuan yang sudah memiliki anak jadi dikasih dua pilihan ya? Tetap bisa beraktivitas di luar rumah atau menyusui. Jika pilih tetap bisa beraktivitas di luar rumah, jangan menyusui. Jika pilih menyusui, jangan beraktivitas di luar rumah.

Sedih amat yak? Seharusnya boleh dong dua-duanya, tetap aktif di luar rumah, tapi tetap juga memberi yang terbaik bagi anak.Ye kan?

(5)ASIP hanya jika ibu dan bayi berjauhan
'Tapi kan bisa memberi ASI perah melalui botol?'

Well, iya sih ASI yang diberikan dengan menyusui langsung atau ASI perah melalui botol sama-sama ASI. Bisa jadi kandungan nutrisinya pun juga sama-sama mengandung mikrobiom (sel-sel hidup) yang berfungsi melindungi tubuh dari berbagai gangguan kesehatan. Tapi inti dari menyusui itu bukan cuma memberi makan, lho! Ada satu aspek penting lagi, yakni membangun bonding antara anak dan ibu. Melalui sentuhan yang terjadi saat menyusui akan memberikan dampak sangat positif secara psikologis. Seorang anak yang menyusui langsung akan merasakan kasih sayang pada dirinya yang berpengaruh pada rasa percaya dirinya. Melalui menyusui langsung ikatan batin dan emosi antara ibu dan anak pun akan terbangun dan berpengaruh pada pola asuh ibu
.
Selain itu, pemberian ASI perah melalui botol itu lebih ribet. Ritual yang dilakukan sebelum pergi bertambah, steril botol, breastpump lalu sepulangnya mencuci botol. Lalu, printilan yang dibawa untuk bepergian pun semakin banyak , dari botol, cooler box, bahkan sampai warmer. Ah, lelah.

Memberi ASI perah melalui botol dilakukan jika sang anak dan ibu berjauhan, misal, karena sang ibu bekerja. Kalau berdekatan, ya lebih baik menyusui langsung saja? Praktis, tinggal buka bra, kelar.

Gitu.

Ya nggak?






3 komentar:

Unknown mengatakan...

Nambahin, ga semua bayi mau ngedot ( botol ) kalau lagi sama gentongnya, wkwkwk

Mbak okke, saya lagi nyoba nulis, boleh lah ya ditengok bentar

rumahnomortujuh.wordpress.com

mamamolilo mengatakan...

Luh Eka : iya benerrr. Anakku kalau ada aku kalo dikasih botol pasti ditampol :))

Toniiii mengatakan...

Ya kan di Indonesia mayoritas umat muslim jadi kalo buka payudara = buka aurat dong = dosa juga dong memancing birahi para kaum laki-laki kalo di bilang pasti ujung-ujungnya ngeres ya emg pasti gt , kalo nggak mau gt ya hidup di hutan aja , bagaimanapun jg ya sebagai manusia ya harus bisa ber adaptasi dengan lingkungan yg seperti ini masak lingkungan yg adaptasi sama kita heheh ya mungkin kalo pakai nursing apron apalah itu boleh lah kan ketutupan