Laman

Selasa, Juli 24, 2018

Tayangan (Youtube) Ramah Anak Rekomendasi Ibu-ibu Instagram (dan Tips Menonton)

“It’s important there is balance in the online and offline worlds and in leisure and learning, but what that looks like for different kids at different ages and in different families is hard to ‘prescribe’. Research shows that not having access to the digital world has a negative impact on kids – so its about finding the right amount with a holistic approach.” The Guardian.


...Jangan ditinggal, temani saat menonton. Artinya, nonton itu nggak bisa dipakai jadi alat supaya anak anteng sementara kita melakukan pekerjaan lain. Ya tapi lumayan, lah, bisa istirahat dikit.
PENTING : Tolong dibaca sampai akhir, saya memuat video Tedtalk tentang sisi gelap video Youtube.

Yang namanya parenting, ekspektasi dan realitas kadang nggak sejalan dong ya? Boleh lah sewaktu belum punya anak kita menetapkan standar pola asuh sedemikian tingginya; tapi saat pelaksanaannya, ternyata situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Pengin anak pakai clodi supaya ramah lingkungan, eh kok ya, cucian jadi banyak, misalnya. HAHA. Ini saya banget

BACA : ORANGTUA IDEAL ITU CUMA HOAX

Yang lain lagi, saya dan partner pengin menghindari anak terpapar TV dan gadget sampai 5 tahun. Kami pengin anak kami banyak melakukan aktivitas motorik dan sosialisasi dengan lingkungan, No cellphone, no TV.

GAYA!

Kenyataannya? Kami insyaf, keinginan ini terlalu muluk. Tanpa TV dan gadget berarti kami harus full dan intensif banget menemani Lilo; dan ternyata hal ini capek banget! Apalagi saat Lilo semakin lama semakin besar, makin bisa lari-larian, makin banyak tanya. Modyaro. Akhirnya mulailah sedikit-sedikit kami menggunakan gadget, dia nonton Youtube, kami meluruskan kaki di sebelahnya.


Mana lagi kami kan hidup tanpa ART yak, jadi selain bergantian ngurusin anak, kami pun kudu mikirin pekerjaan rumah tangga. Gadget adalah salah satu hal yang mudah untuk bikin anak anteng sejenak, sementara kami cuci piring, misalnya.

BACA : PEKERJAAN DOMESTIK : SEPELE TAPI BIKIN SENEWEN

Jadi sejak under 1 tahun Lilo sudah terpapar TV dan gadget sih, walau tetap kami batasi dan awasi. Nah berikut ada tayangan-tayangan favoritnya Lilo, yang saya pikir relatif aman buat anak.

1. Upin dan Ipin.

IYA! Standar! Lilo mengenal Upin dan Ipin melalui TV waktu kami masih nebeng di rumah mertua. Setelah itu, sampai sekarang dia tergila-gila. Dulu sih, sebelum punya anak, saya agak males ya, buat saya secara tampilan, ya nggak menarik hati, dan tambah males karena viral banget, sampai ke mana mata menoleh, di situ ada merchandise Upin dan Ipin.

Tapi setelah ikut nonton, kok saya jadi suka juga...

HAHA. This is the true definition of : dipoyok, dilebok. #SundaDetected.

Ceritanya bersahaja banget, dan anak-anak kampung banget. Somehow mengingatkan saya pada serial Unyil. Ini salah satu episode favorit Lilo : Kembara Dino



Yang bikin agak sebel, kadang-kadang Lilo suka ngomong dengan dialek Melayu gitu. Ih.

Sebenarnya ada satu serial lagi yang Lilo suka, tapi saya enggak! Yaitu serial Adit Sopo Jarwo. Tapi saya enggak sukaaaa! Jadi saya berusaha keras menghalangi dia menonton serial ini. Muahaha, maafkan kalau jadinya terkesan tidak menghargai plotuk-plotuk indonesia.

Kenapa nggak suka? Karena terlalu sinetron-ish. Permasalahan yang diangkat semacam permasalahan sosial yang buat saya terlalu berat buat anak-anak, terus saya nggak suka ada tokoh Pak Haji, yang sebagaimana layaknya sinetron, bisa menyelesaikan semua konflik.

2. Nursery Rhymes di ABC Kids TV

Ini isinya lagu-lagu nursery rhymes bahasa Inggris gitu sih, standar, visualnya keren, animasi 3D gitu. Lilo selalu terpaku banget kalau nonton. Nah, karena saya dan partner selalu ikut nonton, lagu-lagu nursery rhymes itu suka jadi earworm, bikin kami ujug-ujug bersenandung. Nah, kagetnya, Lilo suka nimpalin/nimbrung. Mayan, lah, belajar bahasa Inggris sikit-sikit.

Saya :
Five little monkeys jumping on the bed
One fell off and bumped his head
Mama called the doctor
And the doctor said

Lilo (mendadak nimbrung):
No more monkeys jumping on the bed

  

3. Tayangan Belajar Warna di channel EZ Kids

Ada beberapa tayangan belajar warna, yang buat saya secara visual dan narasi itu nggak oke (ini selera individual kali ya?).

Tapi Lilo suka. *Sigh*.

Yang kayak gini, lho :



Tayangan sejenis ini relatif aman sih, belajar warna. Kosa kata warna Lilo dalam bahasa Inggris bertambah. Sedikit rada membosankan (again, buat saya), karena ya gitu-gitu aja, cuma beda objek. Cuma, yang harus diperhatikan, ada tayangan sejenis yang kadang-kadang menyelipkan produk berupa mainan semacam slime, atau permen. Bae-bae, anak kita minta ntar. Haha.


4. Elmo Sing A Long.

Sesame street mah standar yaaa? Lagu-lagu anak di Elmo Sing Along itu bagus-bagus dan ada yang dinyanyikan kolaborasi dengan selebritas, dari Usher, Adam Sandler, Jason Mraz, India Arie. HAHAHA, ketauan ini yang demen mak dan bapaknya! Untung Lilonya suka juga.

Yang bareng Adam Sandler lucuk!





Yang rutin ditonton itu doang sih, sisanya random. Lilo kan kami biasakan untuk baca buku, salah sekian buku yang dia suka itu tentang binatang-binatang. Jadi begitu liat satu binatang di bukunya, kadang dia pengin liat binatang tersebut kalau gerak kayak gimana.

 Nah kemarin, di Instastory, saya meminta buibuk Instagram buat ngasih rekomendasi lain, sudah saya cobain beberapa supaya Lilo lihat, ada beberapa yang dia nggak demen, jadi nggak bisa saya komentarin lagi, karena nontonnya cuma sekali doang. Ada yang belum sempat saya tonton juga. Cuma mungkin buibuk lain butuh alternatif tontonan yes.

1. Channel Pinkfong (rekomendasi http://www.instagram.com/syilarsyila_cila)

Katanya : Bahasa Inggrisnya gampang diingat, kartunnya menarik.



BTW, ternyata Pinkfong ada apps-nya. Bagus tuh, buat yang nggak kepengin anaknya nonton di Youtube, karena takut terpapar video yang enggak-enggak.

2. Channel SuperSimpleSongs (rekomendasi http://www.instagram.com/iisumarni)

Katanya : "Ada beberapa hal yang bisa diajarin lewat video-video di channel ini, kayak ngenalin soal empati ke anak disabled di salah satu video. "

 

3. Channel balitakita (rekomendasi http://www.instagram.com/theaiuu)

Katanya : "Lagunya lokal, gambarnya gemesin"

Saya pernah lihat sih, yang lagu Cicak, tapi barusan saya search 'balitakita' nggak muncul video yang dimaksud. Apakah mereka sudah ganti nama jadi Lagu Anak Indonesia Balita?


4. Channel Ryan Toys Review (rekomendasi http://www.instagram.com/an_tania_)

Katanya : "Dia orang Canada kayaknya, kalau bikin cerita masih bisa diterima (nggak main kekerasan), banyak belajar/iseng-iseng nyoba science juga."




5. Channel Blippi (rekomendasi http://www.instagram.com/rahma_deama)

Katanya : "PLUS-nya : ngajarin hal-hal basic kayak warna, bentuk, vehicle, mengenai museum dan lain-lain. MINUS-nya : content-nya lama-lama di area playground, di mana kalau anaknya kabitaan (suka penginan) jadi pengin ke mall dan main juga"


6. Channel Peppa Pigs (rekomendasi http://www.instagram.com/vrouwenmetal)

Katanya : "Ceritanya simpel, dialeknya British..."


7. Channel Bing Bunny (rekomendasi http://www.instagram.com/sartikartn)

Katanya : "Karena ceritanya problematika anak-anak banget, kayak takut naik perosotan atau nggak suka makan sayur. Dan di ending-nya selalu ada solusi. Plus logat British yang gemash.



Nah dari sekian banyak rekomendasi, ada satu DM yang bikin saya mikir 'Iya juga ya?' dan waspada

"Aku kalau ngasih lihat Youtube, pake offline-mode, masalahnya suka sebal kalau online, kadang suka muncul video Elsa dan Spiderman making baby. Sekarang sih aku prefer kasih mainan fisik, paling gempor beresinnya. Atau beliin DVD film kartun beberapa seri. (http://www.instagram.com/Miyarahmi)

WHOOPS!

Setelah saya cek, memang ternyata ada channel video orang dewasa yang memakai tokoh Elsa, Spiderman dan beberapa tokoh animasi untuk anak-anak.

So hati-hati buibuuuk.

Saya pun baru dapat satu link tentang betapa mengerikannya mekanisme kerja YouTube dan gimana mereka mencoba merusak otak anak-anak demi advertising revenue!

 

Intinya, mekanisme yang sama, seperti yang ada di FB dan Instagram, yang bikin kita penggunanya bolak-balik ngecek update, juga dipake untuk video anak-anak, dengan tujuan supaya anak-anak kecanduan dan bolak-balik nonton/nge-views. More views artinya more money.  Trus untuk tujuan (supaya di-view) ini, ada keyword-keyword yang dipakai oleh Youtube creator yang contentnya berbau seksual dan violent. So, dengan algoritmanya, bisa jadi ketika anak kita abis nonton video Finger family, tetiba loncat ke video Minnie Mouse lagi masturbasi.

WAKS!

Mungkin kita bisa menerapkan kebijakan ini ya :

Dan saya pun menerapkan kebijakan ini ketika menonton tayangan melalui internet
1. Batasi pemakaiannya, 30 menit- 1 jam perhari cukup. Sisanya, tep ajalah, main.
2. Jangan ditinggal, temani saat menonton. Artinya, nonton itu nggak bisa dipakai jadi alat supaya anak anteng sementara kita melakukan pekerjaan lain. Ya tapi lumayan, lah, bisa istirahat dikit.
3. Nonton dalam offline mode, supaya kita bisa seleksi tontonannya.
4. Kalau nonton dalam online mode : Tidak mengaktifkan autoplay,
5. Kalau nonton dalam online mode : Tidak membiarkan anak yang mengontrol mau nonton apa. Ya kadang, kalau satu video abis, dia suka tuh kan ya, main klik sendiri. Itu saya larang.  

Kita nonton offline saja! Dua yang terakhir saya tulis sebelum saya menonton videonya James Bridle tadi.

Tidak ada komentar: