Parenting girls makes you quite gender-conscious - it's almost impossible to fight the power of pink. It's not such a terrible thing to want to be a princess when you're five, but it would be nice if there were some other options.
Robert Webb
Catatan : Sebenarnya ini obrolan bertahun-tahun yang lalu, yang tadinya mau saya tulis, namun entah mengapa tidak saya selesaikan, Pagi ini saya menemukannya lagi di draft blog, kok kayak pas dengan kondisi saya yang sudah mamak-mamak dan khawatir dengan muatan pesan di berbagai media anak-anak, jadilah ini saya edit dan publish.
....jadi saja, saya insaf, nggak pengin bercita-cita menemukan prince charming lagi dan baru menikah di umur 38. HAHA
Jadi, waktu kecil, saya menggilai film-film kartun Disney, terutama kisah klasik princess, seperti Cinderella, Snow White, Sleeping Beauty dan kawan-kawan. Gegara film-film tersebut, kemudian saya jadi pengin punya baju princess. Saya masih ingat betul di ulang tahun saya yang ke-5, ibu saya membelikan saya dress cantik dan menyebutnya 'Ini, baju Cinderella-nya'. Eh ciyeh, baju Cinderella bok! Dan saya merasa sangat kece memakai baju tersebut.Oh, film-film tersebut juga telah berhasil membuat saya berpikir bahwa tujuan kehidupan (seorang perempuan) adalah... yes, menikah. Bagi saya pra remaja, menikah adalah akhir bahagia kehidupan umat manusia. Ya, gimana, kan itu yang saya lihat di film-film princess-nya Disney yang bilang... and they lived happily ever after.
Untung saja, seiring dengan berjalannya waktu, saya menemukan banyak pengetahuan, banyak pengalaman dan berinteraksi dengan beragam orang. Semua itu kemudian membuat saya mengubah pola pikir saya tentang kehidupan seorang manusia. Pada akhirnya, selama hidupnya manusia itu harus bisa mengeksplorasi dan mengembangkan minat dan bakat seluas mungkin, memperkaya pengetahuan dan kemampuan serta menikmat hidup semaksimal mungkin. Saya insaf, nggak bercita-cita menemukan prince charming lagi dan baru menikah di umur 38.
Film, walau pun tujuannya untuk menghibur, namun bisa menjadi media penyampai satu pesan bagi audience-nya. Film kartun pun demikian; apa lagi kalau audiensnya anak-anak yang gampang banget menyerap informasi. 'Pesan' misleading yang disampaikan oleh film kartun bisa membentuk pola pikir seorang anak, bahkan dapat dijadikan kepercayaan baginya.
Seorang kawan mengaku bahwa ia pun sempat mengalami fase ter-Cinderella-pengin-kawin-dengan-pangeran. Dan pada akhirnya kami berdua mulai membahas karakter princess klasik Disney dan pesan-pesan subliminal *alah* yang dikandungnya. Yang klasik doang lho, ya. Soalnya yang sekarang-sekarang sudah banyak yang oke juga. Kayak Merida di film Brave misalnya.
(1) Cinderella
via GIPHY
Cinderella adalah tokoh yang apes, disiksa oleh ibu dan saudari-saudari tirinya. Dan dalam kondisi tersiksa tersebut dia menanti pangeran tampan menjemput dan menyelamatkannya. Ya, 'untunglah' dia cantik, sehingga ia bisa memenangkan kontes cari istri yang diadakan oleh pangeran nan kaya raya.
Pesan moralnya : Menikah adalah jalan keluar dari segala kesulitan hidup! Jadilah trophy wife! Nah, jalan menuju kebebasan dari kesulitan hidup (aka menikah) itu menjadi mudah, kalau kamu cantik.
This, somehow reminds me of...Rey Utami dan Pablo..ah sudahlah. :D
Oke, oke, mungkin Cinderella juga membawa pesan untuk berani bermimpi, dan mewujudkan mimpi. Boleh. Sayangnya pesan yang lebih kuat (buat saya sih) ya kawinin orang kaya, maka selesai sudah masalah hidupmu. :D
(2) Snow White
via GIPHY
Snow White ini cantik, saking cantiknya sampai Sang Ratu iri dan ingin membunuhnya. Lalu, kabur kan dia, untuk menyelamatkan diri. Lah, kaburnya kok ya ke tangan tujuh kurcaci... untuk jadi pengurus rumah tangga. Dia pun naif, mau-maunya makan apel beracun, sudah jelas-jelas ia lagi diincar mau dibunuh. Sama seperti Cinderella, segala keapesan kehidupannya berakhir setelah sang pangeran datang menyelamatkannya.
Pesan moralnya : hal yang paling penting bagi perempuan adalah kecantikan fisiknya, thok. Dan perempuan boleh melakukan apa saja untuk menjadi yang tercantik. Lalu, pesan lainnya, karena laki-laki nggak piawai mengerjakan pekerjaan domestik, maka perempuanlah yang harus mengerjakannya. Mencuci pakaian, membereskan rumah dan lain-lain harus dikerjakan dengan gembira ya? Sabar aja, nanti juga ada pangeran yang akan menikahimu.
Satu lagi yang bikin gemes adalah, soal ciuman lagi. Mengesankan menyentuh fisik perempuan itu boleh, walau tanpa izin yang empunya tubuh. Lalu aksi ini dibuat legal dengan excuse : kan untuk menyelamatkannya dari pengaruh kutuk penyihir. Yea yea.
3. Sleeping Beauty
via GIPHY
Dalam film ini, Aurora kena kutukan tertidur, sampai seorang pangeran datang untuk menyelamatkannya. Lalu, datanglah sang pangeran, nggak ngobrol, nggak nge-date, ujug-ujug jatuh cinta dan menciumnya.
Pesan moral : Kalau cantik, nggak usah ngapa-ngapain, orang pasti tertarik. Maka mari menjadi cantik! Ya memang iya, sih, masyarakat sekarang ya masyarakat superficial, yang cantik dan rupawan bakal lebih diuntungkan dalam lingkungan sosial, yang kurang rupawan harus usaha lebih. BHAHAK. Sial.
Satu lagi yang bikin gemes adalah, soal ciuman tanpa izin lagi! Seolah-olah diwajarkan untuk ngapa-ngapain perempuan saat ia tidak berdaya.
4. Little Mermaid
via GIPHY
Ariel Si putri duyung, demi bisa bersama dengan pangeran yang ia cinta, rela melawan orangtua, meninggalkan keluarga, menyerahkan pita suara pada Ursula, bahkan bersakit-sakit menanggalkan buntut duyungnya.
Pesan moral : kalau sudah jatuh cinta dengan seorang laki-laki, lakukan apa pun demi laki-laki tersebut, bahkan jika harus menyakiti keluarga, menyia-nyiakan potensi, bakat atau prestasi atau menyakiti diri sendiri.
5. Beauty And The Beast
via GIPHY
Belle terpaksa dijual ke orang lain karena hutang, dan sialnya orang tersebut adalah orang kaya buruk rupa dan buruk perangai. Namun ia bertahan dalam relationship paksaan tersebut. Lambat laun,karena kesabaran dan kebaikannya, maka perangai sang Pangeran yang abusif pun melembut.
Pesan moral : Bahwa kita nggak punya hak untuk menentukan kehidupan kita. Lalu, kita, perempuan, adalah juru selamat bagi laki-laki. Jadi, kalau satu saat kita mendapatkan pasangan yang abusif, tabah, sabar dan bertahanlah. Cinta kita akan memperbaiki sifatnya. Ini sih seolah mengatakan iya pada KDRT dan kekerasan dalam hubungan perpacaran.
Begitu deh, kurang lebih, hasil obrolan kami di hari itu. Ya ini sih hasil obrolan iseng doang ya, buat penggemar radikal Disney Princess klasik, please, sayanya jangan dimarahin. :D
Peace, yow!
1 komentar:
aku juga dulu termasuk anak yang bercita2 menemukan prince charming dan happily ever after hahahaha... bahkan waktu SMA pun nyari cowo based on fisik, yang ganteng, keren, dll.. mulai sadar pas kuliah... dan suamiku sekarang penampilannya jauh banget dari prince charming hahahaha...
Posting Komentar